Senin, 07 Maret 2011


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Istilah sectio caesarea berasal dari bahasa latin caedere yang artinya memotong. Sedangkan definisi sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina (Rustam M, 1998). Dulu angka morbiditas dan mortalitas untuk ibu dan janin tinggi. Pada masa sekarang oleh karena kemajuan yang pesat dalam tehnik operasi, anestesi, penyediaan cairan dan darah, indikasi dan antibiotika angka ini sangat menurun.
Angka kematian ibu pada rumah-rumah sakit dengan fasilitas operasi yang baik dan oleh tenaga – tenaga yang cekatan adalah kurang dari 2 per 1000.
Nasib janin yang ditolong secara sectio caesaria sangat tergantung dari keadaan janin sebelum dilakukan operasi. Menurut data dari negara – negara dengan pengawasan antenatal yang baik dari fasilitas neonatal yang sempurna, angka kematian perinatal sekitar 4 – 7 % (Mochtar Rustam, 1992).

B.     Tujuan
1.      Tujuan Umum
Penulis mampu menerapkan pemberian Asuhan Keperawatan terhadap pasien yang persalinan sectio cesaria.
2.      Tujuan Khusus
a.       Memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas I.
b.      Mampu melakukan pengkajian dan menganalisis data pada pasien yang  persalinan sectio cesaria.
c.       Mampu menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas masalah.
d.      Mampu membuat perencanaan keperawatan pada pasien yang  persalinan sectio cesaria.
e.       Mampu membuat pelaksanaan keperawatan pada pasien yang  persalinan sectio cesaria.
f.       Melakukan evaluasi pada pasien yang  persalinan sectio cesaria.

C.    Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam makalah ini menggunakan metode deskpritif dengan tehnik pengumpulan data melalui studi kepustakaan. Pendekatan studi kepustakaan yang digunakan adalah membaca dan memahami buku sumber serta mancari artikel dari internet yang berhubungan dengan kasus.

D.    Sistimatika Penulisan
Sistematika penulisan laporan makalah ini disusun menjadi tiga bab yaitu :
BAB  I        Pendahuluan     
Mencakup beberapa bagian terutama latar belakang penulisan yang merupakan uraian singkat masalah dan ruang lingkup masalah, tujuan, metode penulisan serta sistematika penulisan.
BAB  II       Tinjauan Teori
Membahas tentang tinjauan kepustakaan yang menjadi landasan teori penulisan makalah yang berisikan Pengertian, Etiologi, Jenis – Jenis, Seksio Caesarea, Indikasi Section Caesarea, Gambaran Klinis, Pemeriksaan Penunjang, Komplikasi, Penatalaksanaan Medis, Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan Keperawatan, Pelaksanaan Keperawatan, Evaluasi Keperawatan

BAB  III     Kesimpulan
Pada bab ini berisikan kesimpulan yang di tuliskan oleh penulis.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN










BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    Pengertian
1.      Seksio caesare adalah pembedahan obstetrik untuk melahirkan janin yang viabel melalui abdomen.
2.      Seksio caesare adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat pada sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina.(Mochtar, rustam,2000:hal.117)
3.      Seksio caesare adalah suatu persalinan buatan, dimana janin di lahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram.( Wiknjosastro, 2000: hal. 133)
4.      Seksio caesare adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus. ( Wiknjosastro, 2005: 863)
5.      Section caesarea adalah lahirnya janin melalui insisi di dinding abdomen (laparotomi) dan dinding uterus (histerektomi). (cuningham, F garry, 2005 :hal. 592)
6.      Operasi Caesar atau sectio caesarea adalah proses persalinan yang dilakukan dengan cara mengiris perut hingga rahim seorang ibu untuk mengeluarkan bayi. (www.mikoraharja.wordpress.com)

B.     Etiologi
1.      Kelainan dalam bentuk janin
a.       Bayi terlalu besar
1)      Berat bayi lahir sekitar 4000 gram atau lebih, menyebabkan bayi sulit keluar dari jalan lahir.
2)      Ancaman Gawat Janin
Keadaan gawat janin pada tahap persalinan, memungkinkan dokter memutuskan untuk segera melakukan operasi. Apalagi jika ditunjang oleh kondisi ibu yang kurang menguntungkan.
3)      Janin abnormal
Janin sakit atau abnormal, misalnya kerusakan genetic, dan hidrosephalus (kepala besar karena otak berisi cairan), dapat menyebabkan diputuskannya dilakukan operasi.
4)      Bayi kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
b.      Kelainan panggul
Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan. Terjadinya kelainan panggul ini dapat disebabkan oleh terjadinya gangguan pertumbuhan dalam rahim (sejak dalam kandungan), mengalami penyakit tulang (terutama tulang belakang), atau mengalami kecelakaan sehingga terjadi kerusakan atau patah panggul.
c.       Faktor hambatan jalan lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas (Dini Kasdu, 2003).

C.    Jenis - Jenis Seksio Caesarea
1.      Seksio caesare klasik ( Korporal )
Insisi klasik hanya kadang-kadang dilakukan. Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira sepanjang 10 cm.  Cara ini dikerjakan kalau segmen  bawah tidak terjangkau karena adanya pelekatan atau rintangan plasenta, kalau terdapat vena varikosa pada segmen bawah, dan kadang-kadang juga dilakukan bagi janin yang letaknya melintang serta untuk melakukan histerektomi caesarea.
2.      Secsio transperitoneal profunda
Insisi melintang selebar 10 cm dengan ujung kanan dan kiri agak melengkung keatas untuk menghindari terbukanya cabang-cabang arteri uterina.
3.      Section Caesarea ekstraperitoneal
Insisi ini  jarang lagi di gunakan dalam praktek Section Caesarea karena insisi ini sulit dilakukan, hingga sering kali terjadi sobekan peritoneum yang tidak dapat di hindari.
4.      Section Caesarea Histerektomi
Suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan section caesarea, langsung dilakukan histerektomi oleh karena suatu indikasi.

D.    Indikasi Section Caesarea
Section caesarea efektif di lakukan sebelumnya sudah diperkirakan bahwa pelahiran per vagina yang normal tidak cocok tidak aman. Pelahiran dengan section caesarea dilakukan untuk :
1.       Kelahiran Caesaria Terjadwal
Seksio sesaria ini direncanakan lebih dahulu karena sudah diketahui bahwa kehamilan harus diselesaikan dengan pembedahan itu. Wanita yang mengalami kelahiran sesaria terjadwal atau terencana yaitu jika persalinan dikontraindikasikan, sedangkan kelahiran harus dilakukan, tetapi persalinan tidak dapat diinduksi atau bila ada statu keputusan yang dibuat antara petugas kesehatan dan wanita yang akan melahirkan.
Keuntungan dari kelahiran seksio sesaria terjadwal ialah waktu pembedahan dapat ditentukan oleh dokter yang akan menolongnya dan bahwa segala persiapan dapat dilakukan dengan baik. Kerugiannya adalah oleh karena persalinan belum dimulai, segmen bawah uterus belum terbentuk dengan baik sehingga menyulitkan pembedahan, dan lebih mudah terjadi atonia uteri dengan perdarahan karena uterus belum mulai dengan kontraksinya. Akan tetapi dapat dikatakan bahwa umumnya keuntungan lebih besar daripada kerugian.
2.      Riwayat Sectio Caesarea
Uterus yang memiliki jaringan parut dianggap sebagai kontraindikasi untuk melahirkan karena dikhawatirkan akan terjadi rupture uteri. Resiko ruptur uteri meningkat seiring dengan jumlah insisi sebelumnya, klien dengan jaringan perut melintang yang terbatas disegmen uterus bawah, kemungkinan mengalami robekan jaringan parut simtomatik pada kehamilan berikutnya. Wanita yang mengalami ruptur uteri beresiko mengalami kekambuhan, sehingga tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan persalinan pervaginam tetapi dengan beresiko ruptur uteri dengan akibat buruk bagi ibu dan janin.
3.      Distosia Persalinan
Distosia berarti persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lambatnya kemajuan persalinan, persalinan abnormal sering terjadi terdapat disproporsi antara bagian presentasi janin dan jalan lahir, kelainan persalinan terdiri dari :
1)      Ekspulsi (kelainan gaya dorong)
Oleh karena gaya uterus yang kurang kuat, dilatasi servik (disfungsi uterus) dan kurangnya upaya utot volunter selama persalinan kala dua.
2)      Panggul sepit
3)      Kelainan presentasi, posisi janin
4)      Kelainna jaringan lemak saluran reproduksi yang menghalangi turunnya janin
4.      Gawat Janin
Keadaan gawat janin bisa mempengaruhi keadaan janin, jika penentuan waktu sectio caesarea terlambat, kelainan neurologis seperti cerebral palsy dapat dihindari dengan waktu yang tepat untuk sectio caesarea.
5.      Letak Sungsang
Janin dengan presetasi bokong mengalami peningkatan resiko prolaps tali pusat dan terperangkapnya kepala apabila dilahirka pervaginam dibandingkan dengan janin presentasi kepala. Resiko bayi lahir sungsang dengan presentasi bokong pada persalinan alami diperkirakan 4x lebih besar dibandingkan keadaan normal. Pada bayi aterm, tahapan moulage kepala sangat penting agar kepala berhasil lewat jalan lahir.
Pada keadaan ini persalinan pervaginam kurang menguntungkan. Karena ; pertama, persalinan terlambat beberapa menit, akibat penurunan kepala menyesuaikan dengan panggul ibu, padahal hipoksia dan asidosis bertambah berat. Kedua, persalinan yang dipacu dapat menyebabkan trauma karena penekanan, traksi ataupun kedua-duanya. Misalnya trauma otak, syaraf, tulang belakang, tulang rangka dan viseral abdomen.
6.      Letak janin yang tidak stabil dan tidak bisa di koreksi.
7.      Tumor – tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi.

E.     Gambaran Klinis
1.      Tahapan dan Teknik Sectio Caesarea
a.       Insisi Abdomen
1)      Insisi vertikal
Insisi vertikal garis tengan intra umbilikus, insisi ini harus cukup pajang agar janin dapat lahir tanpa kesulitan. Oleh karena itu, panjang insisi harus sesuai dengan taksiran ukuran janin.
2)      Insisi transversal atau lintang
Kulit dan jaringan subkutan disayat dengan menggunakan insisi transversal rendah sedikit melengkung. Insisi dibuat setinggi garis rambut pubis dan diperluar sedikit melebihi batas lateral otot rektus.

b.      Insisi Uterus
1)      Insisi caesarea klasik
Insisi caesarea klasik adalah suatu insisi vertikal ke dalam korpus uterus diatas segmen bawa uterus dan mencapai fundus uterus. Sebagian besar insisi dibuat di segmen bawah uterus secara melintang, insisi melintang disegman bawah memiliki keunggulan yaitu hanya memerlukan sedikit pemisahan kandung kemih dari miometrium dibawahnya. Indikasi untuk dilakukan insisi klasik untuk melahirkan janin :
a)      Apabila segman bawah uterus tidak bisa dipajankan atau dimasuki dengan aman karena kandung kemih melekat dengan erat akibat pembedahan sebelumnya, atau apabila teardapat karsinoma invasik diservik
b)      Janin berukuran besar, terletak melintang, selaput ketuban sudah pecah dan bahu terjepit jalan lahir
c)      Plasenta previra dengan implantasi anterior
d)     Janian kecil, presentasi bokong, segman bawah uterus tidak menipis
e)      Obesitas berat
2)      Insisi caesarea transversal
Insisi tranversal melalui segman bawah uterus merupakan tindakan untuk presentasi kepala, diantaranya :
a)      Lebih mudah diperbaiki
b)      Kemungkinan ruptur disrtai keluarnya janin kerongga abdomen pada kehamilan berikutnya
c)      Tidak mengakibatkan perlekatan usus
Insisi uterus harus dibuat cukup lebar agar kepala dan badan janin dapat lahir tanpa merobek atau harus memotong arteri dan vena uterina yang bejalan sepanjang batas lateral uterus.
Pelahiran janin :
a.       Pada presentasi kepala, satu tangan diselipkan kedalam rongga uterus diantara simpisis dan kepala janin kepala diangkat secara hati-hati denga jari da telapak tangan melalui lubanginsisi melalui lubang insisi dibantu oleh penekanan sedang transabdomen pada fundus.
b.      Hidung dan mulut diaspirasi dengan bola penghisap (bulb syringe) untuk mencegah teraspirasinya cairan amnion dan isis nya oleh janin, dilakukan sebelum thorak dilahirkan.
c.       Bahu dilahirkan dengan tanpa ringan disertai penekanan pada fundus
d.      Bagian tubuh lainnya segera menyusul, setelahbahu dilarirkan, ibu atau pasien diberi oksitosin 20 unit/liter dengan kecepatan 10 lml/menit sampai uterus berkontraksi dengan baik.
e.       Tali pusat diklem, bayi dipegang setinggi dinding abdoment.
f.       Plasenta dikelurkan dari uterus.
g.       Penjahitan uterus dan dinding abdoment.
h.      Macam-macam sectio caesarea yang lain

F.     Pemeriksaan Penunjang
1.      Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
2.      Pemantauan EKG
3.      JDL dengan diferensial
4.      Elektrolit
5.      Hemoglobin/Hematokrit
6.      Golongan dan pencocokan silang darah
7.      Urinalisis
8.      Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
9.      Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi.
10.  Ultrasound sesuai pesanan

G.    Komplikasi
Komplikasi sectio caesarea mencakup periode masa nifas yang normal dan komplikasi setiap prosedur pembedahan utama. Kompikasi sectio caesarea :
1.      Pada Ibu
a.       Perdarahan
Perdarahan primer kemungkinan terjadi akibat kegagalan mencapai hemostasis ditempat insisi rahim atau akibat atonia uteri, yang dapat terjadi setelah pemanjangan masa persalinan.
b.      Sepsis sesudah pembedahan
Frekuensi dan komplikasi ini jauh lebih besar bila sectio caesarea dilakukan selama persalinan atau bila terdapat infeksi dalam rahim. Antibiotik profilaksis selama 24 jam diberikan untuk mengurangi sepsis.
c.    Cedera pada sekeliling stuktur
Beberapa organ didalam abdomen seperti usus besar, kandung kemih, pembuluh didalam ligamen yang lebar, dan ureter, terutama cenderung terjadi cedera. Hematuria yang singkat dapat terjadi akibatterlalu antusias dalam menggunakan retraktor didaerah dinding kandung kemih.
2.      Pada Anak
Seperti halnya dengan ibunya, nasib anak yang dilahirkan dengan sectio caesarea banyak tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan sectio caesaria. Menurut statistik di negara – negara dengan pengawasan antenatal dan intra natal yang baik, kematian perinatal pasca sectio caesaria berkisar antara 4 dan 7 %.

H.    Penatalaksanaan Medis
1.      Mengawasi persalinan, dan  mengantisipasi adanya komplikasi.
2.      Pemberian anestesia
Jenis anestesia untuk sectio caesarea
d.      Anestesia Regional
Memungkinkan ibu hamil dalam keadaan tetap sadar dan mengurangi kehilangan darah, resiko aspirasi paru-paru oleh isi lambung atau hipoksia yang kecil dan mengurangi efek obat pada neonatus.
e.       Anestesia Epidural
Anesthesia ini lebih dapat dikendalikan oleh kateter epidural, nyeri kepala tidak akan terjadi pasca operasi karena dura tidak ditusuk.
f.       Anestesia Umum
Di indikasikan bila dibutuhkan section caesarea yang mendesak pada perdarahan ibu.
Nyeri adalah rasa tak enak akibat perangsangan ujung-ujung syaraf khusus. Serat syaraf aferen viseral yang membawa impuls sensorik dari rahim memasuki medula spinalis pada segman torakal kesepuluh, kesebelas, dan keduabelas serta segman lumbal yang pertama (T 10 sampai L 1), adapun nyeri dari perineum melalui segman sakral kedua, ketiga, dan keempat (S 2 sampai S 4).
3.      Tranfusi darah
4.      Pemberian antibiotika
5.      Cairan IV sesuai indikasi.
6.      Perjanjian dari orang terdekat untuk tujuan sectio caesaria.
7.      Persetujuan ditandatangani.
8.      Tes laboratorium/diagnostik sesuai indikasi.
9.      Pemberian oksitosin sesuai indikasi.
10.  Tanda vital per protokol ruangan pemulihan

Proses Penyembuhan Luka
Tubuh secara normal akan berespon terhadap cedera dengan dilkukan proses sectio cesrea “proses peradangan”, yang dikarakteristikkan dengan lima tanda utama: bengkak (swelling), kemerahan (redness), panas (heat), Nyeri (pain) dan kerusakan fungsi (impaired function). Proses penyembuhannya mencakup beberapa fase:
1.      Fase Inflamasi
Fase inflamasi adalah adanya respon vaskuler dan seluler yang terjadi akibat perlukaan yang terjadi pada jaringan lunak. Tujuan yang hendak dicapai adalah menghentikan perdarahan dan membersihkan area luka dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri untuk mempersiapkan dimulainya proses penyembuhan.
Secara klinis fase inflamasi ini ditandai dengan : eritema, hangat pada kulit, oedema dan rasa sakit yang berlangsung sampai hari ke-3 / hari ke-4.
2.      Fase Proliferatif
Proses kegiatan seluler yang penting pada fase ini adalah memperbaiki dan menyembuhkan luka sectio caesare dan ditandai dengan proliferasi sel. Peran fibroblas sangat besar pada proses perbaikan yaitu bertanggung jawab pada persiapan menghasilkan produk struktur protein yang akan digunakan selama proses reonstruksi jaringan.
Pada jaringan lunak yang normal (tanpa perlukaan), pemaparan sel fibroblas sangat jarang dan biasanya bersembunyi di matriks jaringan penunjang. Sesudah terjadi luka, fibroblas akan aktif bergerak dari jaringan sekitar luka ke dalam daerah luka, kemudian akan berkembang (proliferasi) serta mengeluarkan beberapa substansi (kolagen, elastin, hyaluronic acid, fibronectin dan proteoglycans) yang berperan dalam membangun (rekontruksi) jaringan baru.
Fungsi kolagen yang lebih spesifik adalah membentuk cikal bakal jaringan baru (connective tissue matrix) dan dengan dikeluarkannya substrat oleh fibroblas, memberikan pertanda bahwa makrofag, pembuluh darah baru dan juga fibroblas sebagai kesatuan unit dapat memasuki kawasan luka. Sejumlah sel dan pembuluh darah baru yang tertanam didalam jaringan baru tersebut disebut sebagai jaringan “granulasi”.
Fase proliferasi akan berakhir jika epitel dermis dan lapisan kolagen telah terbentuk, terlihat proses kontraksi dan akan dipercepat oleh berbagai growth faktor yang dibentuk oleh makrofag dan platelet.
3.      Fase Maturasi
Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai kurang lebih 12 bulan. Tujuan dari fase maturasi adalah menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan bermutu. Fibroblas sudah mulai meninggalkan jaringan granulasi, warna kemerahan dari jaringa mulai berkurang karena pembuluh mulai regresi dan serat fibrin dari kolagen bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut. Kekuatan dari jaringan parut akan mencapai puncaknya pada minggu ke-10 setelah perlukaan sectio caesarea.
Luka dikatakan sembuh jika terjadi kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan jaringan parut mampu atau tidak mengganggu untuk melakukan aktifitas normal. Meskipun proses penyembuhan luka sama bagi setiap penderita, namun outcome atau hasil yang dicapai sangat tergantung pada kondisi biologis masing-masing individu, lokasi serta luasnya luka. Penderita muda dan sehat akan mencapai proses yang cepat dibandingkan dengan kurang gizi, diserta penyakit sistemik (diabetes mellitus)

I.       Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan plasenta previa

J.      Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada klien dengan post operasi sectio caesaria diantaranya :
1.      Nyeri yang berhubungan dengan kondisi pasca operasi.
2.      Resiko terhadap perubahan pola eliminasi perkemihan dan/atau konstipasi yang berhubungan dengan manipulasi dan/atau trauma sekunder terhadap sectio caesaria.
3.      Resiko terhadap infeksi atau cedera yang berhubungan dengan prosedur pembedahan.
4.      Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan melahirkan caesar.
5.      Kurang volume cairan berhubungna dengan perdarahan (Doenges, 2000)
6.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
7.      Kurang pengetahuan perawatan diri dan bayi berhubungan dengan kurang informasi

K.    Perencanaan Keperawatan
1.      Nyeri yang berhubungan dengan kondisi pasca operasi.
Tujuan : Nyeri diminimalkan / dikontrol dan pasien mengungkapkan bahwa ia nyaman.
Kriteria Hasil : Klien mengungkapkan bahwa klien nyaman
Intervensi :
a.       Antisipasi kebutuhan terhadap obat nyeri dan atau metode tambahan penghilang nyeri.
b.      Perhatikan dokumentasikan, dan identifikasi keluhan nyeri pada sisi insisi; abdomen, wajah meringis terhadap nyeri, penurunan mobilitas, perilaku distraksi/penghilang.
c.       Berikan obat nyeri sesuai pesanan dan evaluasi efektivitasnya.
d.      Berikan tindakan kenyamanan lain yang dapat membantu, seperti perubahan posisi atau menyokong dengan bantal.

2.      Resiko terhadap perubahan pola eliminasi perkemihan dan/atau konstipasi yang berhubungan dengan manipulasi dan/atau trauma sekunder terhadap sectio caesaria.
Tujuan : Berkemih secara spontan tanpa ketidaknyamanan, Mengalami defeksi dalam 3 sampai 4 hari setelah pembedahan.
Kriteria Hasil : Klien tidak ada permasalahn dengan pola eliminss
Intervensi :
a.       Anjurkan berkemih setiap 4 jam sampai 6 jam bila mungkin.
b.      Berikan tekhnik untuk mendorong berkemih sesuai kebutuhan.
c.       Jelaskan prosedur perawatan perineal per kebijakan rumah sakit.
d.      Palpasi abdomen bawah bila pasien melaporkan distensi kandung kemih dan ketidakmampuan untuk berkemih.
e.       Anjurkan ibu untuk ambulasi sesuai toleransi.

3.      Resiko terhadap infeksi atau cedera yang berhubungan dengan prosedur pembedahan.
Tujuan : Insisi bedah dan kering, tanpa tanda atau gejala infeksi, Involusi uterus berlanjut secara normal
Kriteria Hasil : tidak ada tanda-tanda nfeksi, tidak ada eksudat, dan suhu normal 36º C - 37º C
Intervensi :
a.       Pantau terhadap peningkatan suhu atau takikardia sebagai tanda infeksi.
b.      Observasi insisi terhadap infeksi.
c.       Penggantian pembalut atau sesuai pesanan
d.      Kaji fundus, lochia, dan kandung kemih dengan tanda vital sesuai pesanan.
e.       Massage fundus uteri bila menggembung dan tidak tetap keras

4.      Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan melahirkan caesar.
Tujuan : Klien mengungkapkan pemahaman tentang perawatan
melahirkan sesar.
Kriteria Hsil : Klien mengerti kebutuhan nutrisinya, klien mengerti tentang lochea, dan klien dapat istiraht dengan cukup.
Intervensi :
a.       Diskusikan tentang perawatan insisi, gejala infeksi dan pentingnya diet nutrisi.
b.      Jelaskan tentang pentingnya periode istirahat terencana.
c.       Jelaskan bahwa lochia dapat berlanjut selama 3 – 4 minggu, berubah dari merah ke coklat sampai putih.
d.      Jelaskan pentingnya latihan, tidak mulai latiha keras sampai diizinkan oleh dokter.
e.       Jelaskan tentang perawatan payudara dan ekspresi manual bila menyusui.

5.      Kurang volume cairan berhubungna dengan perdarahan
Tujuan : memenuhi kebutuhan cairan sesuai kebutuhan tubuh
Kriteria Hasil : intake dan out put seimbang
Intervensi :
a.       Observasi perdarahan dan kontraksi uterus
b.      Monitor intake dan out put cairan
c.       Monitor tanda-tanda vital
d.      Observasi pengeluaran lochea, warna, bau, karakteristik dan jumlah
e.       Kolaborasi pemberian cairan elektrolit sesuai program

6.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan : aktivitas kembali sesuai kemampuan klien
Kriteria hasil : klien bisa beraktivitas seperti biasa
Intervensi :
a.       Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari seminimal mungkin
b.      Berikan posisi yang nyaman
c.       Bantu klien dalam ambulasi dini
d.      Anjurkan menghemat energi, hindarikegiatan yang melelahkan
e.       Jelaskan pentingnya mobilisasi dini

7.      Kurang pengetahuan perawatan diri dan bayi berhubungan dengan kurang informasi
Tujuan : Pengetahuan klien meningkat
Kriteria hasil : klien mampu mengungkapkan pemahaman tentang perawatan setelah operasi sectio caesarea
Intervensi :
a.       Kaji tingkat pengetahuan klien
b.      Berikan tentang perawatan diri
c.       Perlunya perawatan payudara dan ekpresi manual bila menyusui
d.      Jelaskan pentingnya ASI bagi bayi

L.     Pelaksanaan Keperawatan
Selama tahap implementasi perawat melaksanakan rencana asuhan keperawatan. Instruksi keperawatan diimplementasikan untuk membantu klien memenuhi kriteria hasil. Komponen tahap implementasi terdiri dari :
1.      Tindakan keperawatan mandiri.
2.      Tindakan keperawatan mandiri dilakukan tanpa pesanan dokter.
Tindakan keperawatan mandiri ini ditetapkan dengan standar praktek American Nurses Association; undang – undang praktik keperawatan negara bagian; dan kebijakan institusi perawatan kesehatan.
3.      Tindakan keperawatan kolaboratif
Tindakan keperawatan kolaboratif diimplementasikan bila perawat bekerja dengan anggota tim perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama yang bertujuan untuk mengatasi masalah – masalah klien.
4.      Dokumentasi tindakan keperawatan dan respons klien terhadap asuhan keperawatan.
Frekuensi dokumentasi terhantung pada kondisi klien dan terapi yang diberikan. Di rumah sakit, catatan perawat ditulis minimal setiap shift dan diagnosa keperawatan dicatat di rencana asuhan keperawatan. Setiap klien harus dikaji dan dikaji ulang sesuai dengan kebijakan institusi perawatan kesehatan (Allen, Carol Vestal, 1998)

M.   Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil – hasil yang diamati dengan kriteria hsil yang dibuat pada tahap perencanaan. Klien keluar dari siklus proses keperawatan apabila kriteria hasil telah dicapai. Klien akan masuk kembali ke dalam siklus apabila kriteria hasil belum tercapai.
Komponen tahap evaluasi terdiri dari pencapaian kriteria hasil, keefektifan tahap – tahap proses keperawatan dan revisi atau terminasi rencana asuhan keperawatan. Pada evaluasi klien dengan post operasi sectio caesaria, kriteria evaluasi adalah sebagai berikut :
a.       Pasien akan mengungkapkan rasional untuk melahirkan sesar dan bekerjasama dalam persiapan prabedah
b.      Nyeri diminimalkan/dikontrol dan pasien mengungkapkan bahwa ia nyaman
c.       Pasien tidak mengalami kongesti pernafasan dan menunjukkan tak ada tanda atau gejala emboli pulmonal atau trombosis vena dalam selama perawatan di rumah sakit.
d.      Berkemih secara spontan tanpa ketidaknyamanan dan mengalami defeksi dalam 3 sampai 4 hari setelah pembedahan
e.       Insisi bedah dan kering, tanpa tanda atau gejala infeksi, involusi uterus berlanjut secara normal
f.       Klien mengungkapkan pemahaman tentang perawatan melahirkan sesar





BAB III
KESIMPULAN
Seksio caesare adalah pembedahan obstetrik untuk melahirkan janin yang viabel melalui abdomen. Seksio caesare adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat pada sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina Jenis - Jenis Seksio Caesare : Seksio caesare klasik ( Korporal ), Section Caesarea ekstraperitoneal, Secsio transperitoneal profunda, Section Caesarea Histerektomi.
Section caesarea efektif di lakukan sebelumnya sudah diperkirakan bahwa pelahiran per vagina yang normal tidak cocok tidak aman. Penyebabnya : Kelainan dalam bentuk janin, kelainan panggul, faktor hambatan jalan lahir. Komplikasi sectio caesarea mencakup periode masa nifas yang normal dan komplikasi setiap prosedur pembedahan utama.
Tubuh secara normal akan berespon terhadap cedera dengan dilkukan proses sectio cesrea “proses peradangan”, yang dikarakteristikkan dengan lima tanda utama: bengkak (swelling), kemerahan (redness), panas (heat), Nyeri (pain) dan kerusakan fungsi (impaired function). Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan plasenta previa.




DAFTAR PUSTAKA
Addy.(2009). Definisi Sectio Caesarea. Diambil pada tanggal 17 Maret 2010 jam 20.30 WIB dari http://askep-askeb.cz.cc/2009/09/sectio-caesarea-atas-indikasi-letak.html#ixzz0hxc48Tc3
Harnawati, J. (2008). Asuhan Keperawatan Sectio Caesarea. Diambil pada tanggal 17 Maret 2010 jam 20.10 WIB dari http://aroelnurse.blogspot.com/2008/05/sectio-caesarea.html
Mochtar, Rustam. (2000). Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta: EGC
Wiknjosastro, Hanifa. ( 2000). Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi 1. Jakarta: YBP-SP
Wiknjosastro, Hanifa. (2005). Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Jakarta: YBP-SP













Tidak ada komentar:

Posting Komentar